Catatan si Gadis Kecil

Seorang gadis kecil menangis di pojokan kamarnya yang sempit dan sesak oleh barang-barang buruk. Bukan rongsokan, hanya saja sudah tua usianya. Beberapa kali ia meyeka air mata di pipinya. Ia menangis tanpa suara. Kalimat bapaknya terus terngiang di telinganya. “Pergi saja kau! Sama saja kau seperti yang lain.”

Bapaknya mengusir dia. Ya, si gadis kecil enam tahun itu. Ia terus menangis. “Caca mau sama ayah.. Caca sayang sama ayah..” Bapaknya tak peduli, ditendangnya gadis itu hingga terpental. “Pergi saja kau! Aku tak butuh kau, tahu!”

—

Beratus-ratus hari si gadis kecil tak melihat bapaknya, sampai pada akhirnya alam menghapus kata ‘kecil’ dari gadis itu.

aku bukan malaikat,

aku bukan manusia yang hatinya teramat lembut seperti tokoh protagonis dalam drama,

juga bukan ibu peri.

tapi karenamu aku mengupayakan itu semua ada padaku

ya , hanya demi kamu !

 

mereka bilang kamu salah

mereka juga bilang kamu jahat 

dan kata mereka …

ah , sudahlah ..  

 

tahukah kamu bahwa disini , saat ini , aku tengah berjuang untukmu ?

aku berjuang untuk tetap memberimu cinta dikala yang lain tak memberi

aku berjuang untuk tetap memberimu perhatian disaat yang lain tak ingin

dan aku berjuang untuk membuat yang lain ikut mencintai dan memperhatikanmu

 

itu bukan perkara yang mudah , tapi kuperjuangkan semua demi kamu ..

  

ketahuilah , doaku tak pernah putus untukmu

sungguh , tak akan pernah !

 

semoga cintaku mengundang cinta yang lain untukmu , ayah .. 

---